Posted by Mister H2O
Categories:
Label:
Cerita
Saat gua melakukan perjalanan mudik ke sekitar Pulau Jawa bagian Timur di kota katakan lah L, kesan pertama yang terucap di lidah gua adalah ''beautiful''. Bagaimana engga? Kota ini berada dipinggir laut dimana laut menyimpan sejuta ke indahan bagi gua secara pribadi. Pepohonan yang berada pinggirnya pun membuat suasana semakin indah. Meskipun cuaca di kota L ini cukup panas, tapi kebayar ko dengan asri nya suasana kota.
Tapi satu hal yang gua sayangin adalah, di pagi hari, banyak orang yang melakukan aktivitas BAB di laut. Bayangkan. Buang air besar, di laut. Dan ga tanggung-tanggung jumlahnya bisa belasan lagi. Aktivitas tersebut dilakukan oleh warga-warga sekitar yang tinggal di dekat laut. Secara otomatis itu merupakan kegiatan pencemaran air dan itu juga berarti pencemaran yang dilakukan setiap hari karena mereka melakukan BAB setiap hari juga. Gila deh, ga kebanyang aja BAB di ruang terbuka kaya gitu. Di ruang tertutup aja gua suka risih takut ada yang ngintip. Lah ini malah di laut dan diliatin orang dipinggiran jalan coba? Mungkin untuk menutupi malu, mereka melakukan BAB dengan cara menenggelamkan separuh tubuh yang jongkok kedalam laut sampai permukaan dada dan tak segan-segan mereka mengajak anak-anaknya untuk melakukan hal yang sama. Tapi kalo bagi gua, mau tenggelemnya cuman setengah atau seluruh badan ampe ga keliatan juga tetep aja malu. Why? Diliatin orang di jalan sooobb!!!
Ini artinya secara tidak langsung mereka juga mengajarkan anaknya untuk BAB di laut. Dan bukan di WC. Seharusnya para orang tua mengajarkan hal yang positif ke arah yang lebih sehat, seperti
''Nak, ini air laut. Asin. Kamu harus menjaganya dengan baik. Kalo mau buang air atau buang sampah, buanglah ke tempat yang semestinya.''
bukannya malah mengajarkan hal yang negatif ke arah yang mengundang penyakit, seperti
''Nak ini laut. Tempat kita BAB, nak.''
Apa itu hal yang semestinya dilakukan? engga kan? Laut bukan WC dan jelas sekali perbedaannya. Dan sayangnya lagi, ketika hari mulai siang, tempat tersebut dipake anak-anak untuk bermain. Kalo gini caranya, apa bedanya anak-anak itu dengan tukang sedot tinja? mereka sama-sama berada di tempat pembuangan ahir. mereka sama-sama berada di tempat bakteri dan kuman berada. Mereka sama-sama berada ditempat yang fungsinya sama, WC. Yah, jangan samakan laut dengan WC sodara-sodara.
Air itu sumber kehidupan. Sebagai contoh dalam kasus ini, laut merupakan sumber kehidupan bagi ikan. Kita tidak seharusnya menyalahgunakan sumber daya alam apalagi mencemarinya dan merusaknya. Seharusnya kita menjaga air untuk masa depan anak-anak kita kelak bukannya mengotori dan meracuni masa depan anak-anak kita dengan cara seperti ini. Apa kita akan membiarkan aktivitas ini menjadi warisan turun temurun untuk anak-anak kita? Jangan pernah! Come on... Marilah kita menjaga kebersihan dan keberadaan air di bumi ini. Janganlah mengotori air apalagi sampai mencemarinya dengan unsur-unsur yang dapat berbahaya bagi kesehatan. Semoga dengan ini kita dapat menghapus kegiatan ''mengotori lautan'' ini dengan kegiatan ''melestarikan lautan'' dengan tidak BAB lagi di laut dan melakukan BAB di tempat yang semestinya dan selayak-layaknya yaitu WC. Dan menjaga air untuk masa depan mulai detik ini.
Tags: Kompetisi Web Kompas MuDa & AQUA, AQUA, kompetisi Web, Blog, Kompas, MuDa, air, masa depan
No Response to "Laut itu Bukan WC"
Posting Komentar